POSTING 3
3.1 Sejarah Perkembangan ERP
ERP
dikembangkan berdasarkan modul-modul fungsional yang meliputi seluruh aspek sumber
daya di dalam sebuah perusahaan/organisasi. Dalam perkembangan ERP tidak terlepas dari perkembangn rekayasa pabrikasi
itu sendiri. Kebutuhan akan informasi dari
proses pabrikasi juga semakin banyak yang akan berguna bagi tahapan yang sangat lama dengan mengembangan dari sistem yang
telah lahir sebelumnya.
|
Tahun
|
Perkembangan
|
|
1972
|
Awal perkembangan ERP yang dipelopori oleh 5 karyawan IBM
di Mannheim jerman yang menciptakan SAP yang berfungsi untuk menyatukan
solusi bisnis.
|
|
1970-an
|
Merupakan
konsep dari ERP dengan adanya MRP, meliputi: perencanaan dan penjadwalan
kebutuhan material perusahaan
|
|
1980-an
|
Memperkenalkan
konsep penyatuan kebutuhan material (MRP II) dan kebutuhan sumber daya untuk
proses produksi, dimana pada dasarnya MRP II Adalah penambahan metode
keuangan sehingga lebih memudahkan bagi para pengambil keputusan dalam
menentukan keputusan-keputusannya
|
|
1990-an
|
Perkembangan
ERP mulai pesat yang salah satunya ditandai dengan performa ekonomi amerika
yang sangat luar biasa pada saat itu.
|
ERP berasal dari
metamorfosis dari MRP (Manufacturing Resources Planning) yang diarahkan
untuk kelompok usaha manufaktur. Seiring dengan perkembangan teknologi, manajerial dan bisnis maka MRP pun berubah
menjadi ERP. Istilah ERP sendiri diperkenalkan
pertama kali oleh Gartner Group.
Tahapan Perkembangan
ERP
·
Tahap
I : Material Requirement Planning (MRP) Merupakan cikal bakal dari ERP, dengan
konsep perencanaan kebutuhan material
·
Tahap
II: Close-Loop MRP Merupakan sederetan fungsi dan tidak hanya terbatas pada
MRP, terdiri atas alat bantu penyelesaian masalah prioritas dan adanya rencana
yang dapat diubah atau diganti jika diperlukan
·
Tahap
III: Manufakturing Resource Planning (MRP II) Merupakan pengembangan dari
close-loop MRP yang ditambahkan 3 elemen yaitu: perencanaan penjualan dan
operasi, antarmuka keuangan dan simulasi analisis dari kebutuhan yang
diperlukan
·
Tahap
IV: Enterprise Resource Planning Merupakan perluasan dari MRP II yaitu
perluasan pada beberapa proses bisnis diantaranya integrasi keuangan, rantai
pasok dan meliputi lintas batas fungsi organisasi dan juga perusahaan dengan
dilakukan secara mudah
·
Tahap
V: Extended ERP (ERP II) Merupakan perkembangan dari ERP yang diluncurkan tahun
2000, serta lebih konflek dari ERP sebelumnya.
3.2 Pengertian
Sistem ERP
Sampai
saat ini masih terdapat perusahaan yang belum mengintegrasikan sistem informasi
dalam pengelolaan organisasinya. Selama ini dalam prosesnya perusahaan-perusahaan
tersebut hanya didukung oleh aktivitas individual pada lokasi kerja
masing-masing (Warta Ekonomi, 2002). Realitas ini dapat menyebabkan mudah
terjadinya kesalahpahaman dalam komunikasi data antara lokasi kerja satu dengan
lokasi kerja lainnya. Tiap individu akan menyampaikan data pada lokasi
kerjanya sendiri-sendiri, yang bisa jadi terdapat perbedaan mendasar dalam
penyampaian data, sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk koordinasi dalam
penyediaan data dibandingkan dengan perusahaan yang telah mengintegrasikan
fungsi-fungsinya. (Shebab et al., 2004). Salah satu teknologi yang berperan
mengintegrasikan tiap fungsi dalam perusahaan adalah teknologi Enterprise
Resources Planning (ERP). Teknologi ERP dapat mengintegrasikan fungsi marketing,
fungsi produksi, fungsi logistik, fungsi finance, fungsi sumber daya
manusia, dan fungsi lainnya (Baheshti, 2006). ERP telah berkembang sebagai alat
integrasi, memiliki tujuan untuk mengintegrasikan semua aplikasi perusahaan ke
pusat penyimpanan data dan dengan mudah diakses oleh semua bagian yang
membutuhkan (Sabana, 2002) sehingga menghasilkan efisiensi yang tinggi bagi
perusahaan. Menurut Leon (2005) sebagaimana juga diungkapkan oleh Genoulaz
& Millet, (2006) integrasi data pada teknologi ERP dilakukan dengan single
data entry yakni sebuah departemen yang berfungsi memasukkan
data, maka data ini dapat digunakan oleh fungsi-fungsi lainnya pada perusahaan.
Enterprise Resource Planning (ERP) merupakan
suatu cara untuk mengelola sumber daya perusahaan dengan menggunakan teknologi
informasi (Spathis and Constantinides, 2003). Penggunaan teknologi ERP
dilengkapi dengan hardware dan software untuk
menunjang konektivitas dan aliran informasi. Teknologi ini berfungsi untuk
mengkoordinasi dan mengintegrasikan data informasi pada setiap area business
processes sehingga menghasilkan pengambilan keputusan yang cepat
karena menyediakan analisa dan laporan keuangan yang cepat, laporan penjualan
yang on time, laporan produksi dan inventori (Gupta, 2000). Enterprise Resource
Planning (ERP) atau Perencanaan sumber daya perusahaan adalah sistem terpadu
berbasis komputer yang digunakan untuk mengelola sumber daya internal dan
eksternal berwujud termasuk aset, sumber daya keuangan, bahan, dan sumber daya
manusia. Ini merupakan arsitektur perangkat lunak yang bertujuan untuk
memfasilitasi aliran informasi antara semua fungsi bisnis dalam batas-batas
organisasi dan mengelola hubungan dengan para stakeholder di luar. Dibangun di
atas sentralisasi database dan biasanya menggunakan platform komputasi yang
umum, sistem ERP mengkonsolidasi semua operasi bisnis menjadi perusahaan
seragam dan lingkungan sistem yang luas.
Sistem ERP dapat berada pada server terpusat atau
didistribusikan di seluruh modular unit perangkat keras dan perangkat lunak
yang menyediakan “pelayanan” dan berkomunikasi pada jaringan area lokal. Desain
terdistribusi memungkinkan sebuah bisnis untuk mengumpulkan modul-modul dari
vendor yang berbeda tanpa memerlukan penempatan beberapa salinan yang kompleks,
sistem komputer mahal di daerah-daerah yang tidak akan menggunakan kapasitas
penuh. ERP berkembang dari Manufacturing Resource Planning (MRP II) dimana MRP
II sendiri adalah hasil evolusi dari Material Requirement Planning (MRP) yang
berkembang sebelumnya. Sistem ERP secara modular biasanya menangani proses
manufaktur, logistik, distribusi, persediaan (inventory), pengapalan, invoice
dan akuntasi perusahaan. Ini berarti bahwa sistem ini nanti akan membantu
mengontrol aktivitas bisnis seperti penjualan, pengiriman, produksi, manajemen
persediaan, manajemen kualitas dan sumber daya manusia. ERP sering disebut
sebagai Back Office System yang mengindikasikan bahwa pelanggan dan publik
secara umum tidak dilibatkan dalam sistem ini. Berbeda dengan Front Office
System yang langsung berurusan dengan pelanggan seperti sistem untuk
e-Commerce, Customer Relationship Management (CRM), e-Government dan lain-lain.
ERP merupakan suatu cara untuk mengelola
sumber daya perusahaan dengan menggunakan teknologi informasi. Penggunaan ERP
yang dilengkapi dengan hardware dan software untuk mengkoordinasi dan
mengintegrasikan data informasi pada setiap area business processes untuk
menghasilkan pengambilan keputusan yang cepat karena menyediakan analisa dan
laporan keuangan yang cepat, laporan penjualan yang on time, laporan produksi
dan inventori. Program ERP sangat membantu perusahaan yang memiliki bisnis
proses yang luas, dengan menggunakan database dan reporting tools manajemen
yang terbagi. Business processes merupakan sekelompok aktivitas yang memerlukan
satu jenis atau lebih input yang akan menghasilkan sebuah output dimana output
ini merupakan value untuk konsumen. Software ERP mendukung pengoperasian yang
efisien dari business processes dengan cara mengintegrasikan aktivitas-aktivitas
dari keseluruhan bisnis termasuk sales, marketing, manufacturing, logistic,
accounting, dan staffing.
3.3 Manfaat
Sistem ERP
Dengan
menerapkan sistem informasi ERP, manfaat yang dapat dirasakan yaitu :
1. Dengan sistem yang terintegrasi maka
proses pengambilan keputusan akan lebih efektif dan efisien.
2. Dengan menerapkan ERP ada kemungkinan
melakukan integrasi secara global. Sehingga perbedaan – perbedaan
yang terjadi dalam bisnis internasional dapat diintegrasikan.
3. ERP menghilangkan kebutuhan
pemutakhiran dan koreksi data pada banyak sistem komputer yang terpisah.
4. ERP memberikan lingkup kerja
manajemen tidak hanya memonitor saja tetapi melakukan manajemen operasional
juga.
5. Supply chain management dapat
terbantu sehingga pelaksanaannya dapat berjalan dengan lancar.
3.4 Keuntungan
dan Kelemahan ERP
Keuntungan dari implementasi ERP
antara lain:
·
Integrasi
data keuangan. Oleh karena semua data disimpan secara terpusat, maka para
eksekutif perusahaan memperoleh data yang up-to-date dan dapat mengatur
keuangan perusahaan dengan lebih baik.
·
Standarisasi
Proses Operasi. ERP menerapkan sistem yang standar, dimana semua divisi akan
menggunakan sistem dengan cara yang sama. Dengan demikian, operasional
perusahaan akan berjalan dengan lebih efisien dan efektif.
·
Standarisasi
Data dan Informasi. Database terpusat yang diterapkan pada ERP, membentuk data
yang standar, sehingga informasi dapat diperoleh dengan mudah dan fleksibel
untuk semua divisi yang ada dalam perusahaan.
Keuntungan
diatas adalah keuntungan yang dapat dirasakan namun tidak dapat diukur.
Keberhasilan implementasi ERP dapat dilihat dengan mengukur tingkat Return
on Investment (ROI), dan komponen lainnya, seperti:
• Pengurangan
lead-time
• Peningkatan
kontrol keuangan
• Penurunan
inventori
• Penurunan tenaga
kerja secara total
• Peningkatan
service level
• Peningkatan
sales
• Peningkatan
kepuasan dan loyalitas konsumen
• Peningkatan
market share perusahaan
• Pengiriman tepat
waktu
• Kinerja pemasok
yang lebih baik
• Peningkatan
fleksibilitas
• Penggunaan
sumber daya yang lebih baik
3.4 Fungsi Dasar ERP
1. Mendefinisikan Produk: ada 2 pendekatan definisi yang digunakan,
yaitu: pertama, standard product, yakni produk
mengalami permintaan berulang dan ada inventori; kedua, custom
product, yakni produk dibuat berdasarkan pesanan dan pembelian
material disesuaikan dengan jumlah order.
2. Strategi produksi untuk mengantisipasi kebutuhan sesuai permintaan – ada
dua kategori yang disarankan yakni make to stock dan make to order.
Make to stock hanya dipakai untuk standard product sedangkan
make to order digunakan pada kedua definisi produk yakni standard
product dan custom product. Perbedaan pada strategi produksi make
to order adalah adanya tenggang waktu yang lebih lama antara
pengiriman produk dan proses produksi
3. Menentukan Tipe hubungan antara sales order dan supply order – apabila
menggunakan strategi produksi make to order untuk memenuhi permintaan
pelanggan, maka didapatkan suatu tipe hubungan langsung antara sales order
dengan kebutuhan material. Yakni, ketika order bertambah, maka material yang
dibutuhkan juga akan bertambah. Penentuan tipe hubungan, berfungsi untuk
menentukan kapan material dibutuhkan, berapa jumlah material yang dibutuhkan,
apakah masih ada stok material dan masih perlu dilakukan order kebutuhan
material.
4. Pendekatan terhadap proses produksi praktis – pendekatan proses
produksi secara praktis bertujuan untuk mengurangi tenggang waktu dalam
melaksanakan proses produksi. Pengurangan ini dapat dilakukan dengan
menyederhanakan alur proses material dan rute pengerjaan produk di lantai
produksi.
5. Pendekatan sistem penjadwalan yang baik – Kemampuan untuk
menentukan penjadwalan secara baik di industri manufaktur sangat dipengaruhi
oleh kedinamisan dari jadwal yang ditentukan. Kedinamisan ini dipengaruhi oleh
jumlah order, ukuran order, kapasitas produksi, keterbatasan sumber daya
perusahaan dan aturan-aturan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Post a Comment